Selasa, 25 Juli 2017

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM BIDANG ARSITEKTUR

BAB I
PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang

Perkembangan teknologi memang memiliki manfaat dan dampak positif secara luas. Dalam dunia arsitektur, teknologi semakin lama semakin memegang peranan penting dan semakin memudahkan. Diawal perkembangan teknologi hanya berperan sebagai alat bantu menghitung biaya, kebutuhan konstruksi dan semacamnya.  Pada saat ini, perkembangan teknologi digital telah berkembang secara pesat di berbagai bidang.

Tidak bisa dipungkiri lagi, profesi arsitek telah terpengaruh dan mengalami perkembangan secara progresif dalam mempergunakan teknologi digital untuk membantu proses desain arsitektur hingga ke tahap pembangunan. Lebih jauh lagi, penggunaan teknologi digital telah memungkinkan arsitek untuk melakukan inovasi desain arsitektur yang kompleks ditinjau dari segi bentuk, struktur, fungsi, material dan lingkungan.

     B.    Rumusan Masalah

1)       Apa peran teknologi pada bidang Arsitektur?
2)      Apa saja Software untuk menunjang kebutuhan dibidang Arsitektur?

     C.     Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini agar mahasiswa memahami pengaruh teknologi dalam bidang arsitektur.







BAB II
PEMBAHASAN
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk pada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

 Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura ( yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memiliki Keindahan/Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan/Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan bahwa keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.

Bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melaui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya/politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri.

Peran Teknologi Digital Dalam Arsitektur

Arsitek sebagai desainer lingkungan binaan tentunya merupakan profesi yang harus mempertimbangkan desain arsitektur dari aspek-aspek kompleks seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Penggunaan teknologi digital secara umum di Indonesia saat ini masi populer sebatas visualisasi model 3d virtual/digital. Dengan keterbatasan yang ada, potensi penggunaan teknologi digital dalam bidang arsitektur masih belum sepenuhnya teraplikasikan.

Menurut  Szalapaj (2005) beberapa peran dari penggunan teknologi digital dalam bidang arsitektur adalah sebagai berikut :
  1. Sebagai alat bantu merepresentasikan desain arsitektur    
  2. Sebagai alat bantu simulasi
  3. Sebagai alat bantu evaluasi
  4. Sebagai jembatan antara proses perancangan ke tahap konstruksi
  5. Sebagai penerjemah informasi digital ke dalam proses manufacturing/pembangunan
Mengacu dari perannya di atas, maka analisa, eksplorasi, simulasi dan aplikasi desain arsitektur dapat dilakukan oleh desainer pada tahapan proses desain arsitektur, dari mulai desain konseptual hingga proses konstruksi. Di mana gubahan desain arsitektur tersebut termanifestasikan dalam gubahan geometri berupa 3 dimensi model digital pada ruang virtual.

Terkait teknologi, komputer dalam dunia desain dan arsitektur telah dimulai sejak komputer ditemukan. Bentuk keterlibatan itu tentu tidak sama dengan yang kita pikirkan saat ini. komputer generasi terkini menghasilkan gambar-gambar yang sangat realistis, itu seolah-olah menjadi bukti dominan keterlibatan komputer dalam desain interior dan arsitektur. Sedangkan komputer generasi terdahulunya, pertama kali komputer terlibat dalam desain arsitektur dalam bentuk bantuan menghitung konstruksi, biaya dan semacamnya.

Proses desain dan arsitektur memanfaatkan komputer sejalan dengan perkembangan kemampuan komputer. Saat komputer generasi baru mampu melakukan perhitungan berat seperti yang diperlukan pada proses render arsitektur 3D, maka dunia desain interior dan arsitektur menanggapi dengan optimis dan ketertarikan yang tinggi. Dari hal tersebut gambar-gambar presentasi desain interior dan arsitektur nyaris tidak dapat dibedakan dengan kondisi nyata.

Jika kita memakai proses desain yang paling sederhana, yang telah dipakai oleh para arsitek sejak ratusan tahun yang lalu, maka terlihat bahwa komputer dapat berperan di tahap mana saja. Proses tersebut meliputi : analisis masalah, sintesis pemecahan masalah, evaluasi dan mengkomunikasikan tahapan-tahapan tersebut. Seberapa jauh peran tersebut akan tergantung dari ke dua pihak, yaitu kreativitas arsitek dan kemajuan teknologi komputer (digital) (Satwiko, 2010; 11).

Dikaitkan dengan kedudukan seni dalam era globalisasi, pada buku persoalan-persoalan dasar estetika karangan Marcia Muelder Eaton diuraikan, Weitz percaya bahwa sifat kreatif seni tidak butuh untuk didefinisikan: ”yang paling jauh dari petualangan seni adalah perubahannya yang terus berlangsung dan kreasi barunya menjadikannya tidak mungkin secara logis menjamin suatu perangkat ciri yang dapat didefinisikan” (Muelder, 2010:10).

Untuk itu kreatif seni bisa juga dikaitkan dengan kreativitas desain dan arsitektur yang butuh sebuah perubahan dengan seiring teknologi dan informasi yang berkembang. Implementasi perkembangan teknologi informasi memberi dampak pada perancangan arsitektur melalui beragam aspek seperti:
a.      Penyebaran informasi langsung (real time) melalui internet; hanya dengan beberapa ‘klik’ pada mouse seseorang dapat berselancar di internet, menemukan dan melihat gaya-gaya arsitektur terbaru dari seluruh bagian dunia. Ini menyebabkan perancangan arsitektur menjadi mendunia (global).
b.      Menawarkan kemampuan baru dalam mengembangkan bentuk-bentuk geometri yang rumit; komputer-komputer baru yang sangat kuat menjadikan bentuk-bentuk bangunan yang secara geometris sulit menjadi lebih mudah dibuat.
c.       Menawarkan kemampuan baru dalam menghitung aspek-aspek kuantitatif perancangan (environmental, konstruksi, dll)
d.      Kebutuhan dunia akan arsitektur yang ramah lingkungan telah mendorong para arsitek merancang bangunan-bangunan yang lebih ramah lingkungan, hemat energy, dll.

Komputer menjadikan tugas yang rumit bila dikerjakan secara manual menjadi jauh lebih mudah, presisi, akurat, cepat dan menyenangkan (2010; 48). Satwiko dalam buku arsitektur digital menyebutkan, bila dibuat garis besar, pemanfaatan teknologi informasi pada kerja arsitek dapat ditemui pada aktivitas berikut (bukan merupakan urutan baku);
  1.      Komunikasi (surat menyurat, konsultasi, baik tertulis maupun tergambar dengan sarana manual maupun electronic mail),
  2.    Pencarian Data (iklim, topografi, jaringan transportasi, jaringan utilitas, sebaran penduduk, peraturan daerah, produk bahan, hasil penelitian, dll.),
  3.       Pembuatan Sketsa Awal (gagasan awal untuk diskusi dengan klien maupun tim perencana baik secara 2D, 3D, animasi maupun virtual reality),
  4.       Perhitungan-perhitungan (konstruksi, biaya, fisika bangunan, utilitas, energy, pencemaran)
  5.    Pengembangan Desain (menuju ke karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk animasi maupun virtual reality yang dapat dilakukan secara manual maupun otomatis dengan teknik morphing)
  6.    Pengenalan Pemanfaatan Teknologi Baru dalam Bangunan (solar energy, intelligent/smart buildings),
  7.       Presentasi (penyajian produk desain akhir),
  8.       Pembuatan gambar kerja, dan
  9.    Pengarsipan Karya Desain (menyimpan karya desain secara sistematis dan aman  untuk dipergunakan di lain waktu).


Software-Software Pendukung

Dalam bidang arsitektur, penggunaan software sangat berpengaruh untuk membuat sketsa agar semakin nyata. Software yang digunakan dalam bidang arsitektur antara lain:


            1. AutoCAD
Perangkat lunak computer CAD untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi yang dikembangkan oleh Autodesk.

            2.  3d Studio Max
Sering digunakan sebagai software animasi, baik animasi arsitektur maupun grafis seperti animasi film.

            3.      Revit Arsitektur
Software ini merupakan software gabungan dari AutoCAD dan 3dMax, karena produk ini bias membuat tampilan 2D dan 3D secara bersamaan.

            4.      ArchiCad
Software ini memiliki kesamaan sistem dengan revit, namun untuk masalah rendering sistem masih jauh berbeda dengan revit. Lebih banyak digunakan dibeberapa konsultan di Indonesia karena dari segi dimensional telah sesuai dengan standar dimensi di Indonesia.

            5.      Google SketchUp
Google SketchUp memiliki fasilitas gudang gambar 3d yang menyediakan beberapa library desian 3D yang berasal dari pengguna Google SketchUp lain di seluruh dunia.












BAB III
PENUTUP

Pemanfaatan teknologi informasi di dalam bidang arsitektur dirasa sangat dibutuhkan karena dengan dukungan teknologi dapat mempermudah serta meningkatkan kinerja arsitektur. Seperti dalam pembuatan sketsa awal,  dahulu para desainer dan arsitek dalam membuat konsep menggunakan sketsa tangan, dan visualisasi warna menggunakan, pencil warna, spidol, cat air, cat minyak, sedangkan dengan memanfaatkan teknologi pembuatan sketsa dapat dikerjakan melalui media smart phone, net book dan computer serta berbagai pengolahan data dengan software-software yang berkaitan dengan desain interior.


Dengan adanya dukungan teknologi dalam bidang arsitektur dapat mempermudah kerja serta memberikan keuntungan seperti Pembelajaran lebih efektif dan efisien, komputasi lebih mudah, menekan biaya untuk pengadaan peralatan lab fisik yang mahal dan pengadaan buku-buku referensi impor yang mahal.