Terhitung sejak pertengahan bulan Maret,
kampusku mulai diliburkan selama beberapa. Aku yang pada dasarnya merupakan
anak kosan mulai mempersiapkan kepulanganku ke rumah. Karena aku pikir, “untuk
apa aku dikosan selama libur kuliah” dan juga ini adalah kesempatan untukku
bertemu keluargaku. Akhirnya aku pulang bersama temanku menggunakan motor. Aku hanya
membawa sedikit barang yang aku pikir sangat aku butuhkan selama di rumah
karena hanya libur selama dua minggu.
Namun, kian hari kasus Covid-19 semakin
bertambah. Pembuatan kartu rencana pembelajaran pun menjadi online. Orang-orang disekitar mulai
cemas akan bahaya pandemi ini. Masker dan handsanitizer
menjadi langka. Jika pun ada, harganya berubah menjadi berlipat-lipat dari
harga awal. Di daerahku orang-orang mulai berbelanja kebutuhan pokok untuk
disimpan beberapa hari.
Setelah setelah beberapa hari, akhirnya
kampusku memutuskan memperpanjang hari libur. Pembelajaran pun dilakukan secara
online. Selama pembelajaran online, begitu banyak tugas yang aku
terima. Lebih banyak dari kuliah biasanya. Aku pun mulai lelah, aku rindu
sekali pergi ke kampus, berdandan sebelum bepergian tanpa menggunakan masker,
bertemu teman-teman, dan bepergian ke tempat ramai tanpa rasa takut.
Hari demi hari dilewati, ibuku yang
bekerja pada perusahaan BUMN selama seminggu mendapatkan jatah WFH selama 2
hari. Ayahku yang memiliki toko sembako hanya membuka tokonya dari jam 9 pagi hingga
jam 5 sore. Kotaku adalah kota kecil dan saat itu kasus Covid-19 hanya ada
beberapa hingga akhirnya suatu instansi pemerintahan mengatakan terdapat
anggotanya yang positif terjangkit dan kemungkinan menularkan kepada anggota
yang lain.
Ketika berita itu muncul, orang-orang
semakin panik. Dalam seminggu, mungkin 3 kali rumah-rumah disemprot
desinfektan. Orang-orang diwajibkan memakai masker, yang tidak pakai masker
akan dikenakan sanksi. Beberapa daerah dinyatakan rawan dan sebaiknya
dihindari. Sulit sekali dan memang agak khawatir jika bertemu orang-orang.
Bulan Ramadhan pun tiba, masjid-masjid
disekitar rumahku masih mengadakan shalat tarawih bersama tetapi membagi waktu
shalatnya. Selepas shalat isya hingga jam 8 itu adalah bagian lelaki dan jam 8
hingga jam 9 adalah bagian perempuan. Ramadhan kali ini terasa sangat berbeda. Tidak
ada buka bersama teman-teman dan tidak ada ngabuburit yang biasanya menjadi hal
yang sangat wajar terjadi di bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan pun telah usai, saatnya
merayakan Hari Idul Fitri. Hari tersebut seharusnya hari yang sangat
menyenangkan karna biasanya setiap anggota keluarga berkumpul dan saling
mengunjungi rumah saudara atau anggota keluarga yang lain. Tapi Hari Idul Fitri
ini sangatlah berbeda, jangankan pergi berkunjung ke rumah nenek, kakakku saja
yang bekerja di Jakarta tak bisa pulang. Akhirnya keluargaku bersilaturahmi
secara online melalui video call.
Namun, dibalik semua ini aku menjadi lebih
dekat dengan keluargaku walau tak bertemu kakakku. Memiliki lebih banyak waktu
luang yang biasanya aku gunakan untuk memanjakan diriku sendiri ketika sudah
lelah dengan tugas-tugas menumpuk yang ku kerjakan. Hal yang paling aku suka
ketika menggunakan waktu luang adalah melakukan perawatan diri atau yang biasa
dibilang skincare-an, menonton film
atau drama yang inginku tonton, mendengarkan musik, bermain dengan adik
kecilku, dan membersihkan rumah. Selain itu, aku juga bisa menggunakan waktu
luangku untuk menambah wawasan dan keahlianku seperti belajar Bahasa Inggris
dan menonton tutorial makeup (hahaha,
itu termasuk menambah keahlian bukan).
Yang terpenting saat ini adalah selalu
menjaga kebersihan, selalu memakai masker jika bepergian, sebaiknya tidak
bepergian jika tidak mendesak, dan hindari berkumpul dengan orang-orang.
#dirumahaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar