Rabu, 27 Mei 2020

SUKA DUKA SELAMA PANDEMI COVID-19



Terhitung sejak pertengahan bulan Maret, kampusku mulai diliburkan selama beberapa. Aku yang pada dasarnya merupakan anak kosan mulai mempersiapkan kepulanganku ke rumah. Karena aku pikir, “untuk apa aku dikosan selama libur kuliah” dan juga ini adalah kesempatan untukku bertemu keluargaku. Akhirnya aku pulang bersama temanku menggunakan motor. Aku hanya membawa sedikit barang yang aku pikir sangat aku butuhkan selama di rumah karena hanya libur selama dua minggu.
Namun, kian hari kasus Covid-19 semakin bertambah. Pembuatan kartu rencana pembelajaran pun menjadi online. Orang-orang disekitar mulai cemas akan bahaya pandemi ini. Masker dan handsanitizer menjadi langka. Jika pun ada, harganya berubah menjadi berlipat-lipat dari harga awal. Di daerahku orang-orang mulai berbelanja kebutuhan pokok untuk disimpan beberapa hari.
Setelah setelah beberapa hari, akhirnya kampusku memutuskan memperpanjang hari libur. Pembelajaran pun dilakukan secara online. Selama pembelajaran online, begitu banyak tugas yang aku terima. Lebih banyak dari kuliah biasanya. Aku pun mulai lelah, aku rindu sekali pergi ke kampus, berdandan sebelum bepergian tanpa menggunakan masker, bertemu teman-teman, dan bepergian ke tempat ramai tanpa rasa takut.
Hari demi hari dilewati, ibuku yang bekerja pada perusahaan BUMN selama seminggu mendapatkan jatah WFH selama 2 hari. Ayahku yang memiliki toko sembako hanya membuka tokonya dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Kotaku adalah kota kecil dan saat itu kasus Covid-19 hanya ada beberapa hingga akhirnya suatu instansi pemerintahan mengatakan terdapat anggotanya yang positif terjangkit dan kemungkinan menularkan kepada anggota yang lain.
Ketika berita itu muncul, orang-orang semakin panik. Dalam seminggu, mungkin 3 kali rumah-rumah disemprot desinfektan. Orang-orang diwajibkan memakai masker, yang tidak pakai masker akan dikenakan sanksi. Beberapa daerah dinyatakan rawan dan sebaiknya dihindari. Sulit sekali dan memang agak khawatir jika bertemu orang-orang.
Bulan Ramadhan pun tiba, masjid-masjid disekitar rumahku masih mengadakan shalat tarawih bersama tetapi membagi waktu shalatnya. Selepas shalat isya hingga jam 8 itu adalah bagian lelaki dan jam 8 hingga jam 9 adalah bagian perempuan. Ramadhan kali ini terasa sangat berbeda. Tidak ada buka bersama teman-teman dan tidak ada ngabuburit yang biasanya menjadi hal yang sangat wajar terjadi di bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan pun telah usai, saatnya merayakan Hari Idul Fitri. Hari tersebut seharusnya hari yang sangat menyenangkan karna biasanya setiap anggota keluarga berkumpul dan saling mengunjungi rumah saudara atau anggota keluarga yang lain. Tapi Hari Idul Fitri ini sangatlah berbeda, jangankan pergi berkunjung ke rumah nenek, kakakku saja yang bekerja di Jakarta tak bisa pulang. Akhirnya keluargaku bersilaturahmi secara online melalui video call.
Namun, dibalik semua ini aku menjadi lebih dekat dengan keluargaku walau tak bertemu kakakku. Memiliki lebih banyak waktu luang yang biasanya aku gunakan untuk memanjakan diriku sendiri ketika sudah lelah dengan tugas-tugas menumpuk yang ku kerjakan. Hal yang paling aku suka ketika menggunakan waktu luang adalah melakukan perawatan diri atau yang biasa dibilang skincare-an, menonton film atau drama yang inginku tonton, mendengarkan musik, bermain dengan adik kecilku, dan membersihkan rumah. Selain itu, aku juga bisa menggunakan waktu luangku untuk menambah wawasan dan keahlianku seperti belajar Bahasa Inggris dan menonton tutorial makeup (hahaha, itu termasuk menambah keahlian bukan).
Yang terpenting saat ini adalah selalu menjaga kebersihan, selalu memakai masker jika bepergian, sebaiknya tidak bepergian jika tidak mendesak, dan hindari berkumpul dengan orang-orang. #dirumahaja


Tidak ada komentar:

Posting Komentar